CAPCHAI

Pages

  • About Me
  • FRIEND'S
  • Contact
Part 1

Pulau Bintan letaknya tidak jauh dari Pulau Batam. Transportasi yang kita gunakan dari Pulau Batam ke Pulau Bintan menggunakan Kapal Ferry atau kapal ro-ro <bisa bawa kendaraan pribadi>. Berhubung aku ke pulau Bintan bawa motor, jadi aku harus menaiki kapal ro-ro.

Harga tiket tidak terlalu mahal untuk kesana. 1 Buah Sepeda Motor + 1 Orang dikenakan biaya Rp.39.000 sekali jalan. 


Banyak objek wisata alam yang menarik di Pulau Bintan. Tapi sayang aku belum sempat berjalan – jalan kesana. Terkendala oleh masalah transportasi dan pengetahuan tentang tempat objek wisata di Pulau Bintan. Ada salah satu tempat objek wisata yang terkenal oleh turis mancanegara dan kurang famous oleh turis domestik yaitu LAGOI.

Dari Pulau Batam ke Pulau Bintan kalo kita menaiki transportasi kapal ro-ro, kita akan berlabuh di pelabuhan Tanjung Uban. Dari Tanjung Uban inilah kita bisa pergi ke Lagoi, Kijang, Tanjung Pinang dan daerah – daerah sekitar melalui jalan darat.

Banyak juga hotel atau wisma yang berada di Tanjung Uban. Jauhkan pikiran anda kalo aku menginap di Hotel atau wisma yang mewah, berhubung aku punya teman di Lobam, So pasti dunkz menginap di kos-kosan dia. Hahahaha…. *Biar Hemat*

Aku pergi ke Pulau Bintan Hari Jumat (22-04-2011) dan mengambil trip terakhir yaitu jam 16.30. Sekarang, jadwal keberangkatan kapal ro-ro sudah 3 trip. Pagi – Siang – dan Sore.

Jujur, aku belum pernah menaiki kapal ro-ro dan pergi ke Tanjung Uban sebelumnya. Hanya modal nekad dan keberanian aja untuk bermain kesana. Yang jelas kalo kita mempunyai niat yang kuat pasti hambatan yang menghadang akan terkalahkan. Hehehehe…..

Sebelum ke TKP aku sudah membuat janji sama temanku yang tinggal disana untuk menjemputku dipelabuhan Tanjung Uban. Dan lama perjalanan yang ditempuh cuma 1 jam.

Di dalam kapal ro-ro selama perjalanan penumpang diiringi lagu Indonesia yang super duper mellow yang pernah hits diacara musik setiap pagi di tv. Dan akhrinya sampe juga aku dipelabuhan Tanjung Uban.

Waktu sudah mau menunjukkan sholat maghrib, maka kami putuskan untuk langsung ke tempat kos – kosan temanku yang terletak di daerah Lobam.

Antara Lobam dengan Tanjung Uban tidak terlalu jauh, hanya hitungan puluhan kilo meter aja kita sudah sampe disana. Pulau Bintan masih jauh dari hingar – bingar atau  megahnya kota – kota metropolitan di Indonesia. Transportasi umum aja susah betol, kita harus memiliki kendaraan pribadi baru bisa leluasa berpergian keluar rumah.

Malamnya aku diajak sama temanku ke Kawasan Industri Lobam. Kawasan Industrinya sama seperti di Kawasan Batamindo Muka Kuning Batam. Bentuk bagunanan dormitory, food court dan PT-nya sama seperti Batamindo. Kalo Kawasan Industri Batamindo memiliki beberapa pintu untuk keluar masuk kendaraan. Sedangkan di Lobam hanya satu pintu masuk dan keluarnya.

Dan lebih seremnya lagi, jalan menuju ke Kawasan Industri Lobam tidak memiliki lampu penerangan jalan. Memang sih lampu penerangan jalan jarang sekali kita lihat yang nongkrong ditepi jalan. Hanya tempat – tempat tertentu saja yang dipasang lampu jalan. Kawasan Industri Logam ini masih dikelilingi oleh hutan.

Setelah selese berkeliling di Kawasan Industri Lobam bersama temanku. Maka kami main ke Pelantar dekat pelabuhan Tanjung Uban. Ada sekelompok orang yang lagi bermancing ria untuk menghabiskan waktu malam. Memang tempat ini sangat sepi dari keramaian hingar-bingar kota.

Habis itu kami pulang ke kos-kosan. Rencananya besok aku mau bersepeda ria dan ke Tanjung Pinang dari Tanjung Uban naik BUS.

***
What…… Sudah jam 9 pagi. Waduh, rencana mau bersepeda ria gagal total. Tunggu pagi besok untuk bersepeda. Hiks…. Padahal memang sudah direncanain untuk bersepeda ria tapi dengan bangun kesiangan begini, apa boleh buat.

Akan tetapi rencana ke Tanjung Pinang masih terkejar. :-)

Bergegaslah aku mandi dan bersiap – siap untuk ke Tanjung Uban. Naik ojek dari tempat kos – kosan temanku ke Tanjung Uban seharga Rp.10.000 <cukup mahal>. Sebelum naik Bus aku sengaja untuk hunting kuliner dulu di Tanjung Uban.

Akhirnya aku mencoba untuk memakan “Young Tahu”. Padahal belum pernah makan sebelumnya. Dan membaca atau mendengarkan namanya aja baru sekali pada saat itu.



Kalo masalah rasa… Hmmmmm…. Lumayan enak. Mungkin masih terlalu asing di perutku makanan ini. Maka sempat membuat perutku sakit. Harga satu porsi “Young Tahu” ini sebesar Rp.15.000.

Masalah perut sudah beres, maka tinggal menunggu Bus untuk berangkat ke Tanjung Pinang. Bus yang berangkat ke Tanjung Pinang mangkalnya di depan Bank mandiri Tanjung Uban. Waktu aku sudah selese makan ada satu Bus yang lagi mangkal untuk menunggu penumpang.

Eng… Ing… Eng… Aku jadi orang pertama yang masuk kedalam Bus. Padahal pengen jadi penumpang terakhir yang masuk, soalnya tinggal berangkat…


Menunggu… Menunggu dan Menunggu… Supirnya sengaja tidak mau terburu-buru untuk berangkat karena harus menunggu beberapa penumpang lagi biar tidak rugi. Sodara – Sodara !!! Hampir 2 jam aku menunggu didalam Bus. Itupun hanya delapan orang yang terkumpul. *Kasian Supirnya*

Ongkos untuk berangkat ke Tanjung Pinang seharga Rp.15.000. Murah ato mahal ya… ?!. Soalnya perjalanannya cukup jauh ditempuh. Kira – kira ratusan kilo meter untuk sampai disana. Kalo dihitung pake waktu hampir 2 jam diperjalanan untuk sampe di Terminal Bus Batu Sepuluh  Tanjung Pinang. 

Bus pun Berangkat….

BERSAMBUNG…
Share
Tweet
Pin
Share
4 comments

Tidak tahu kenapa, akhir – akhir ini film drama Thailand selalu hangat diperbincangkan oleh bloger – bloger Indonesia khususnya yang mereview film. Menurutku, film drama Thailand memang lebih fresh dan menghibur. Semenjak kemunculan film “Bangkok Traffic Love Story”  aku jadi tertarik untuk menonton film drama Thailand.

Ehm….. Walaupun menonton filmnya di DVD Bajakan, habis mau nonton dimana lagi kalo bukan dari situ. Maklum, Batam tidak mempunyai BLITZMEGAPLEX yang menayangkan film – film ASIA yang tidak masuk di XXI atau CINEMA 21. Dan yang lebih sakit hatinya lagi HARGA DVD BAJAKAN NAIK. Masak 1 keping DVD Bajakan harganya sama dengan 1 buah tiket Bioskop paket NOMAT. :-(

Waduh, review pilemnya kok isinya nggak nyambung sama judulnya. Harus Fokus, Fokus dan Fokus !!!.

Kalo ngebahas ngomongin CINTA, nggak ada habis – habisnya deh. Setiap orang pasti punya cerita CINTA versi mereka masing – masing <dalam kehidupan nyata>. Kadang CINTA bisa membuat kita gila, konyol, bahagia, nangis dan galau *jiah, bahasanya*. Itulah yang dirasakan Nam (Pimchanok Luevisetpaibool) kepada Shone (Mario Maurer).

Nam adalah siswi SMP yang jatuh hati sama Shone.  Akan tetapi Nam tidak memiliki fisik yang cukup menarik untuk memikat hatinya Shone. Kalo pepatah mengatakan “Bagai pungguk merindukan bulan”.

Jadi, sahabat Nam berusaha semaksimal mungkin untuk merubah diri Nam biar lebih menarik dilihat. Ada satu adegan yang menurutku lucu. Sahabat Nam berusaha untuk memutihkan kulit Nam yang berwarna gelap. Tapi , bukan malah makin putih tapi menjadi Kuning warna kulitnya. Hehehehe………

Film ini ceritanya simple dan  menghibur. Banyak adegan – adegan konyol yang dilakukan oleh Nam dan para sahabatnya untuk menarik perhatian Shone. Tapi kurang seru juga, soalnya terlalu cepat perubahan fisik Nam from ugly to be beautiful. Ya sudahlah…. Apapun yang terjadi difilm ini aku cukup terhibur oleh jalan ceritanya.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Dari judulnya aja kita pasti bisa menebak, film tentang apakah ini ?!. Yup, pasti berhubungan dengan cerita cinta, terusnya lagi pasti keluarga mereka berdua lagi bermusuhan. Dan yang tidak bisa terbantahkan lagi cerita ini diadaptasi dari cerita “Romeo & Juliet” karangan William Shakespeare. Hehehehee…..

Film ini sangat menarik sekali untuk ditonton pada semua kalangan. Mau Tua – Muda, Dewasa – Anak-Anak, bahkan ABABIL-pun tidak luput untuk menyaksikan Film ini. Banyak karakter – karakter yang aneh dan lucu didalamnya. Pokoknya unyu – munyu banget mereka.

Bukan patung hiasan tamannya aja yang bermusuhan tapi pemilik rumah mereka yang berlawanan jenis juga bermusuhan. Kelompok Topi Biru pemilik rumahnya seorang Wanita Perawan Tua, sedangkan kelompok Topi Merah pemiliknya Seorang Lelaki Bujang Lapok.

Adik – adik kelas yang manis, jangan dicontohnya kehidupan masyarakat yang seperti ini. Kita sesama tetangga tidak boleh saling bermusuhan tapi harus akur dan hidup rukun biar keadaan sekitar menjadi aman, damai, tentram dan bersahaja. *Pesan dari kakak kelas yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung*

Aku tidak mau panjang lebar menulis review film ini karena takut menjadi Spoiler dan membuat kalian menjadi penasaran dengan film ini. Btw, di Batam film ini sudah lama banget nangkring di Studio I XXI Mega Mall. Tapi baru kemarin aku menyaksikannya. Mau tahu alasannya kenapa ?!. Karena kemarin filmnya masih berformat 3D, tahu sendirikan harga tiket film 3D itu lebih Muahal dari film yang biasanya. Hohooohhhooo….. Berhubung film ini tidak 3D lagi makanya aku langsung nonton. “Harus HEMAT”.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Konflik film ini hampir sama dengan film “My Name Is Khan”, dimana seorang muslim dianggap sebagai teroris oleh bangsa Barat. Ya ampun, kayaknya ini yang pertama kalinya aku menonton film Bollywood di Bioskop. Cuapek banget nontonnya, hampir 3 jam hanya duduk untuk menonton film ini.

Belum lagi ceritanya yang bertele – tele, alhasil aku hanya menguap mangap berkali – kali, mengucek – ngucek mata dan bolak - balik melihat jam tangan untuk memastikan kapan film ini berakhir. Dari awal sampe pertengahan cerita di film ini sangat membosankan dan banyak adegan yang tidak penting untuk diperjelas dan dipanjanglebarkan.

Inti dari film ini terletak pada ending ceritanya. Dan banyak dialog – dialog yang cukup menyindir dan mengena dihatiku tentang pemahaman agama Islam. Ada salah satu dialog yang menarik menurutku. Pada saat Masoor (Shaan) lagi berkenalan sama seorang gadis bule dan mereka berbincang darimana mereka berasal.

Mansoor menjelaskan bahwa dia berasal dari Negara Pakistan dan gadis bule itupun terbengong – bengong sehingga menanyakan dimanakah Negara tersebut ?!. Dasar tuh bule, nggak pernah belajar goegrafi apa ya <kok aku yang sewot>. Kenapa sich bangsa Barat kurang mengenal nama – nama Negara di Asia. Negara Indonesia aja mereka banyak tidak tahu, malahan Indonesia menurut mereka berada di dalam Bali. Padahal sebaliknya. *Nasionalisme*

Tentu saja tidak seru kalo film Bollywood tidak ada seorang pemuda dan pemudi yang lagi  berkejar – kejaran dibawah pohon sambil menari dan beryanyi. Tenang aja, di film ini masih ada unsur tersebut kok. Heheheeee……….. Dan para pemainnya terlalu kaku untuk berakting.

Seandainya film ini lebih di padatkan lagi dan tidak terlalu bertele – tele  dalam penceritaannya. Pasti film ini tidak membosankan  dan enak untuk ditonton.

NB : Ternyata tulisanku pun tentang film ini juga bertele – tele.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Dipersimpangan jalan ku berhenti

Mengikuti hati untuk melangkah

Jalan mana yang akan ku tempuh


Seorang diri dalam sepi
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me


Selamat datang,

Saya hanyalah manusia biasa dan blog ini adalah sepenggalan kisah tentang perjalanan hidup saya yang terekam dalam tulisan.

Salam hangat,

Chai Loekman

Follow Me

  • twitter
  • youtube
  • instagram

Labels

Apartement buku celoteh Film Hostel Hotel Interview jalan - jalan kuliner lomba musik Puisi review tips tukang poto

recent posts

Blog Archive

  • ►  2022 (9)
    • ►  December 2022 (1)
    • ►  November 2022 (2)
    • ►  October 2022 (1)
    • ►  September 2022 (2)
    • ►  February 2022 (3)
  • ►  2021 (10)
    • ►  September 2021 (2)
    • ►  June 2021 (3)
    • ►  May 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  March 2021 (1)
  • ►  2020 (18)
    • ►  December 2020 (3)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (7)
    • ►  August 2020 (1)
    • ►  June 2020 (1)
  • ►  2019 (9)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  August 2019 (2)
    • ►  June 2019 (3)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  January 2019 (1)
  • ►  2018 (20)
    • ►  December 2018 (2)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (4)
    • ►  June 2018 (2)
    • ►  May 2018 (2)
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  March 2018 (2)
    • ►  January 2018 (2)
  • ►  2017 (22)
    • ►  December 2017 (2)
    • ►  October 2017 (2)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
    • ►  June 2017 (4)
    • ►  May 2017 (3)
    • ►  April 2017 (1)
    • ►  March 2017 (3)
    • ►  February 2017 (1)
    • ►  January 2017 (3)
  • ►  2016 (53)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (7)
    • ►  October 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  July 2016 (4)
    • ►  June 2016 (5)
    • ►  May 2016 (6)
    • ►  April 2016 (7)
    • ►  March 2016 (7)
    • ►  February 2016 (7)
    • ►  January 2016 (5)
  • ►  2015 (28)
    • ►  December 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  October 2015 (2)
    • ►  September 2015 (3)
    • ►  August 2015 (2)
    • ►  July 2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
    • ►  May 2015 (3)
    • ►  April 2015 (3)
    • ►  March 2015 (2)
    • ►  February 2015 (1)
  • ►  2014 (26)
    • ►  November 2014 (1)
    • ►  September 2014 (1)
    • ►  August 2014 (1)
    • ►  July 2014 (3)
    • ►  June 2014 (2)
    • ►  May 2014 (3)
    • ►  April 2014 (5)
    • ►  March 2014 (4)
    • ►  February 2014 (3)
    • ►  January 2014 (3)
  • ►  2013 (66)
    • ►  December 2013 (6)
    • ►  November 2013 (4)
    • ►  October 2013 (3)
    • ►  September 2013 (4)
    • ►  August 2013 (4)
    • ►  July 2013 (5)
    • ►  June 2013 (5)
    • ►  May 2013 (5)
    • ►  April 2013 (7)
    • ►  March 2013 (7)
    • ►  February 2013 (7)
    • ►  January 2013 (9)
  • ►  2012 (58)
    • ►  December 2012 (5)
    • ►  November 2012 (5)
    • ►  October 2012 (5)
    • ►  September 2012 (5)
    • ►  August 2012 (2)
    • ►  July 2012 (7)
    • ►  June 2012 (8)
    • ►  May 2012 (6)
    • ►  April 2012 (1)
    • ►  February 2012 (5)
    • ►  January 2012 (9)
  • ▼  2011 (52)
    • ►  December 2011 (3)
    • ►  November 2011 (5)
    • ►  October 2011 (3)
    • ►  September 2011 (7)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (4)
    • ►  June 2011 (7)
    • ►  May 2011 (3)
    • ▼  April 2011 (5)
      • Liburan Ekspress Ke Pulau Bintan
      • Little Crazy Thing Called Love (2011)
      • Gnomeo & Juliet (2011)
      • In The Name Of God (2011)
      • Dipersimpangan Jalan
    • ►  March 2011 (11)

Followers

Total Pageviews

Most Popular

  • Liburan ke Lagoi ala Rakyat Jelata
    Jamaah Oooooiiiii Jamaah… *dilempar jumrah berjamaah* Siapa sih yang nggak suka dengan liburan murah dengan budget minim tapi bisa mel...
  • Liburan Koper ala Ransel ke Pulau Bintan
    Liburan yang paling menyenangkan menurut gue adalah… liburan ala ransel tapi dapat fasilitas ala koper. :-P  Pada ngerti nggak maksu...
  • Hari Untuk Amanda (2010)
    Kegalauan hati Amanda (Fanny Fabriana) dalam menentukan pilihan hatinya pada saat mau menikah 10 hari lagi sangat manis sekali untu...
  • Nyanyian Terakhir Sang Idola
    Wahai... Pemilik nyawaku Betapa lemah diriku ini Berat ujian dariMu Kupasrahkan semua padaMu "Muhasabah Cinta" ~ Iqbal Rois K...
  • Belajar Moto
    Gue sekarang lagi tertarik dengan dunia fotography. Maklum, yang dulunya suka poto-poto narsis bin najis ala lebay bin jijay. Sekarang lebih...

Community

Community
Member of Blogger Kepri

Created with by BeautyTemplates